STRUKTUR PENELITIAN ILMIAH
24
Penelitian Ilmiah
Penelitian ilmiah merupakan kegiatan untuk mendapatkan pengetahuan.Pengetahuan ini bisa berupa pengetahuan ilmiah, informasi untuk pengambilan keputusan, atau pengetahuan lainnya yang diperoleh untuk tujuan tertentu.Pembedaan yang dilakukan disini bertujuan untuk menjelaskan bahwa tidak smeua penelitian itu diarahkan untuk memperoleh pengetahuan ilmiah.Penelitian ilmiah, dalam pembahasan kita ini, adalah penelitian yang mempergunakan metode ilmiah sebagai dasar kegiatannya.
Kegiatan penelitian ilmiah mencerminkan prosedut yang terkandung dalam metode ilmiah mencerminkan prosedur yang terkandung dalam metode ilmiah dalam memperoleh pengetahuannya. Dua bentuk dasar penelitian ilmiah yakni penellitian murni dan penelitian terapan.Penelitian murni bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan baru yang berupa konsep atau teori ilmiah.Prosedur yang digunakan dalam penelitian murni ini dinamakan “epistemology penemuan teori baru”.Penelitian terapan bertujuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam kehidupan dengan mempergunakan teori ilmiah yang telah ditemukan sebagai acuan. Terdapat dua buah prosedur yang dapat dilakukan dalam penelitian terapan ini yakni “epistemology pemecahan masalah” dan “epistemology penemuan ilmiah “. Epistimologi pemecahan masalah meletakkan konteks justifikasi didepan dan konteks penemuan dibelakang. Sebaliknya, epistemology penemuan ilmiah meletakan konteks penemua didepan dan konteks justifikasi di belakang.
Argumentasi Untuk PengembanganEpistemology Pemecahan Masalah
Epistemology untuk memperoleh pengetahuan yang berupa teori atau konsep baru hanya satu yakni epistemology penemuan teori baru.Penemuan teori atau konsep baru jarang dilakukan dalam penelitian akademik yang berbentuk skripsi, tesis atau disertai.Penelitian ini kebanyakan dilakukan oleh ilmuwan professional. Untuk itu maka epistemology ini tidak akan dibahas secara mendalam dan prosedurnya secara garis besar telah dibahas dalam bab sebelumnya.
Penelitian akademik biasanya berorientasi pada penelitian terapan yang bertujuan memecahkan permasalahan praktis dengan mengacu kepada teori ilmiah yang relevan.Epistemology penemuan ilmiah dimulai dengan pengumpulan pengolahan data dan kesimpulan yang ditarik dari data ini kemudian diberikan justifikasi secara teoritis.Epistemology ini merupakan prosedur yang sering dilakukan dalam penelitian dinegara kita termasuk penelitian akademik.Kelebihan epistemology penemuan ilmiah ini adalah efektif untuk memperoleh penemuan baru.Epistemology ini adalah cocok bagi peneliti professional yang tujuannya memangmemperoleh penemuan baru. Kekurangan epistemology ini tidak membentuk cara berpikir yang konsepsional, nalar, dan antisipatif. Dengan demikian terdapat kemungkinan bahwa teori ilmiah tidak berfungsi sebagaimana mestinya sebagai justifikasi teoritis yang memayungi kebeneran yang sesungguhnya.Penelitian akademik biasanya dilakukan hanya sekali dengan publikasi secara terbatas. Kekeliuran yang mungkin terjadi sukar untuk dikoreksi dan akan menimbukan berkas yang mendalam bagi cara berpikir calon ilmuwan dikemudian hari.Persepsi yang keliru ini kan membentuk prototype “manusia expost facto” yakni manusia yang aru berpikir sesudah sesuatu terjadi dan bukan mengantisipasinya sebelum hal itu terjadi. Sindrom ini sudah kelihatan dalam masyarakat kita yang cenderung untuk meributkan segala sesuatu sesudah suatu kejadian berlalu dan bukan sebelumnya.
Epistomologi pemecahan masalah adalah prosedur penelitian yang melakukan penalaran deduksi dalam pengajuan hipotesis seperti yang dilakukan dalam epistemology penemuan teori baru, artinya hipotesis dirumuskan berdasarkan argumentasi teoritis . Langkah-langkah dalam bentuk kegiatan penelitian yang dijabarkan akan merujuk kepada epistemology pemecahan masalah ini.
Bentuk penelitian dan metodenya
Bagi mereka yang akan melakukan penelitian terdapat sejumlah bentuk penelitian dengan metode penelitian yang dapat dipilih. Bentuk penelitian ini dapat dipilih sesuai dengan tujuan penelitian.Bentuk dasar penelitian yakni penelitian murni dan penelitian terapan beragam bentuk penelitian yang ada secara garis besar terkait dengan kedua hal tersebut.Penelitian murni bertujuan untuk penemuan teori atau konsep keilmuwan baru sedangkan penellitian terapan bertujuan untuk memecahkan masalah dengan mengacu kepada teori-teori ilmiah yang relevan.
Bentuk penelitian yang dapat digunakan untuk pengembangan teri baru antara lain adalah metode eksperimen,deduksipostulasional, induksi empiris dan grounded research. Penamaan keempat metode penelitian hanya untuk menunjukan titik awal kegiatan pengembangan teori baru. Induksi empiris biasa dilakukan dalam penelitian kualitatif namun dalam penyusunannya teori selanjutnya akanmempergunakan deduksi. Deuksi postulasional mempergunakan premis yang mungkin merupakan hasil induksi empiris . Metode eksperimen dalam menyusun teribaru yang ditemukannya juga akan mempergunakan deduksi postulasional. Emikian juga penelitian kualitatf yang mengembangkan teri baru berawal dari induksi empiris yang kesimpulannya dipergunakan sebagai premis dalam deduksi untuk menyusun teori substantifnya. Semua bentuk penelitian ini pada hakikatnya tetap mengacu kepada metode ilmiah dengan asas logico-hypothetico-verifikatif.
Penelitian semacam ini secara epistemology tidak terlalu sukar untuk dilakukan.Kita terpaksa mempergunakan teori-teori ilmu sosial yang belum tentu cocok dengan kondisi realitas negara kita karena penelitian dasar mengenai hal ini belum banyak dilakukan.Penggolongan bentuk penelitian ini dapat dilakukan berdasarkan unit analisis yang dipergunakan dalam penelitian.Kategori pertama adalah penelitian yang unit analisisnya adalah idea atau teori yang telah ada.Penelitian yang unit analisisnya adalah idea atau teori dinamakan penelitian teoritik.Kita dapat melakukan penelitian teoritik dengan metode penelitian kepustakaan.Melalu kegiatan penalaran kita mampu menemukan sesuatu yang baru dari proporsi-proporsi yang telah ada.Kesimpulan penelitian teoretik ini yang biasanya merupakan sintesi dari teri-teori sebelumnya sifatnya bersifat hipotesis.
Kategori kedua adalah penelitian yang unit analisisnya adalah fakta.Fakta yang dimaksud berada didunia empiric dan oleh sebab itu penelitian ini dinamakan penelitian empiric.Penelitian empirik ini kadang disebut sebagai kepustakaan.Penelitian empirik ini dapat dibagi lagi ke dalam tiga kelompok yakni penelitian eksploratoris, penelitian pengujian hipotesis dan pengembangan teori substansif.Penelitian eksploratoris sesuai dengan namanya bertujuan melakukan eskplorasi terhadap suatu objek penelitian dengan pendekatan yang bersifat deskriptif. Metode yang dapat dipergunakan untuk penelitian eksploratoris ini antara lain adalah studi kasus, survey deskriptif, metodekualitatif idiografis dan content analysis. Untuk menguji hipotesis yang kita temukan dalam penelitian eksploratoris seperti “hubungan antara tingkat pendidikan dengan besar penghasilan” maka metode penelitian survey dapat dipergunakan.survei ini merupakan metode yang sangat banyak digunakan dalam ilmu-ilmu sosial baik untuk kegiatan keilmuwan maupun pengambilan keputusan.
Bentuk penelitian pengujian hipotesis dipergunakan jika kita mempunyai gagasan yang ingin kita buktikan atau kita ujikan kebenerannya. Untuk itu kita akan mengadakan eksperimen dengan memberikan mata pelajaran filsafat ilmu selama satu semester utum menguji efektivitasnya. Satu hal yang mesti diketahui bahwa untuk penelitian akademik yang mengutamakan penalaran maka bobot materi yang dicobakan harus setara.Artinya, kita tidak membandingkan antara kelompok yang diberikan mata pelajaran filsafat ilmu dengan kelompok yang tidak sebab menurut penalaran kelompok pertama jelas diuntungkan.
Eksperimen yang lain yang berharga dijadikan penelitian akademik adalah action research. Dalam literature action research ini banyak ragamnya sehingga kadang-kadang ada action research yang banyak action nya tetapi kurang researchnya .untuk kegiatan akademik disarankan untuk memilih action research dengan konsep atau teori yang sudah jelas. Cara menilai efektivitas penerapan dalam action research adalah dengan jalan membandingkan kondisi pengambilan keputusan sebelum MIS diterapkan dengan sesudah MIS diterapkan.Action research merupakan penelitian yang dampaknya terlihat dengan nyata sebab penelitian ini merupakan invasi konseptual terhadap sebuah sistem kelembagaan yang memungkinkan terjadinya perubahan secara permanen.
Variasi lain dari eksperimen adalah penelitian espost facto. Penelitian expost facto ini dilakukan setelah suatu kejadian besar terjadi umpamanya sesudah banjir melanda sebuah kota. Kejadian banjir ini secara konseptual dapat kita anggap sebagai perlakuan meskipun yang melakukannya bukan peneliti melainkan alam.Analisis yang lebih dramatis dapat dilakukan setelah gempa besar menerpa di mana manusia bisa kehilangan segalanya.Atau lebih dahsyat lagi, terjadinya tsunami yang jarang terjadinya namun dampaknya sangat lluar biasa.
Bentuk lain dari penelitian adalah meta-anallisis yang unit analisisnya adalah data sekonder. Data sekonder adalah data yang diambil dari publikasi orang lain. Jadi meta-analisi ini termasuk ke dalam penelitian kepustakaan engan mempergunakan metode penelitian meta-analisis.Penelitian ini mencoba menganilisis kembali bermacam-macam hasil penelitian didekati dari sudut pendekatan tertentu dan mencoba menemukan pola baru.Katakanlah kita menganalisis besarnya koefisien korelasi antara tingkat bunuh diri dengan tingkat kesejahteraan masyarakat di berbagai negara.Kalau data ini kita analisis maka mungkin kita mendapatkan kesimpulan bahwa “semakin sejahtera sebuah negara semakin kecil tingkat bunuh diri” atau mungkin sebaliknya. Kita juga mungkin hanya mengambil data mengenai tingkat bunuh diri saja yang kemudian kita hubungkan dengan variabel lain yang datanya kita ambil dari sumber sekonder yang lain. Katakanlah kita mempunyai hipotesis bahwa tingkat bunuh diri bukan saja disebabkan oleh tingkat kesejahteraan masyarakat namun juga oleh adanya perlakuan masyarakat terhadap perilaku yang menyimpang.
Pembahasan mengenai ragam penelitian ini bukan dimaksudkan untuk mengalisis secara substansial bentuk-bentuk penelitian yang ada, melainkan memberikan gambaran secara garis besar yang memungkinkan peneliti untuk memilih bentuk penelitian yang disukai, dan mempelajarinya lebih dalam dari sumber yang lebih kompeten.
Konteks justifikasi adalah argumentasi yang dibangun dengan mempergunakan premis yang diambil dari kajian pustaka yang berfungsi untuk menjelaskan temuan penelitian. Dalam epistemologi penemuan ilmiah dimana justifikasi dilakukan setelah pengumpulan dan pengolahan data kadang terdapat kecenderungan untuk membenarkan apa saja kesimpulan yang ditarik dari data sebab kita tidak mempunyai pembanding yang lain. Hal ini sering terjadi pada calon ilmuwan yang sedang belajar meniliti.Hal ini mungkin terjadi dalam epistemologi pemecahan masalah sebab kita mempunyai hipotesis yang telah kita yakini kebenerannya sehingga kalau didukung data maka hal itu tidak aneh lagi.Jika hipotesis ditolak oleh data maka kita tidak begitu saja membenarkan hal itu melainkan kembali berpikir dengan melakukan evaluasi kritis terhadap pelaksanaan penilitian.Kalau ternyata metodologi penelitian sudah dilakukan dengan benar maka kita memikirkan kembalin konteks justifikasi kita kalau-kalau terjadi kelemahan dalam argumentasi yang kita berikan.
Kegiatan penelitian yang menekankan pada penalaran dan proses belajar ini akan tampak pada bentuk perumusan masalah dan bentuk metode analisis data. Kegiatan penelitian dewasa ini banyak mempergunakan teknik analisis multivariat dan analisis variansi. Teknik analisis multivariat sangat berguna dalam penelitian ilmu-ilmu sosial, dan teknik yang akan digunakan dalam analisis penelitian ini.
PENGAJUAN MASALAH
Proses kegiatan ilmiah, menurut Ritchie Calder, dimulai ketika manusia mengamati sesuatu. Dalam konteks ini, menurut John Dewey, masalah dalam kegiatan keilmuwan timbul bila kita menemukan kesukaran dalam hidup kita yang menimbulkan pertanyaan. Itulah sebabnya maka kita biasa mengajukan masalah penelitian dalam bentuk pertanyaan.Realitas yang kita amati yang menjadi objek perhatian kita biasanya merupakan suatu situasi yang kompleks yang terjalin dari berbagai fakta. Realitas yang menjadi objek perhatian kita tersebut dinamakan latar belakang masalah.
Dalam memilih masalah penelitian anda harus menanyakan dua hal kepada diri anda sendiri: apakah landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan yang anda pilih itu dikuasai dengan baik atau tidak? Pilihan yang salah hanya akanmembawa anda kepada kesukaran dan kegagalan. Kita mulai memikirkan masalah tersebut ditinjau dari berbagai sudut.Dalam konteks ini kita harus melakukan dua hal, pertama, memilih mana dari kedua pendekatan ini yang akan kita tetapkan sebagai pendekatan masalah dan, kedua, kita harus membatasi faktor-faktor yang berkaitan dengan hal itu.
Pembatasan masalah merupakan keharusan dalam penelitian akademik sebab dalam hal ini berlaku kriteria bukan kuantitas jawaban yang dipentingkan melaikan kualitasnya.Dalam era penggunaan komputer dewasa ini mengolah tiga variabel atau dua puluh variabel penelitian menjadi persamaan regresi jamak (multiple regession) tidak terlalu menjadi persoalan.Namun dalam hal ini kita harus mengingat bahwa setiap penemuan ilmiah, terutama dalam penelitian akademik, harus mempunyai justifikasi ilmiah.
Dalam penelitian akademik maka semua pikiran yang ada dalam benak kita dan semua pernyataan yang terkandung dalam laporan penelitian kita, harus dipertanggung jawabkan didepan komisi ujian.kaidah moral dalam penelitian akademik adalah bahwa apa yang kita tulis dan apa yang kita ucapkan harus dapat dipertanggung jawabkan baik secara teorotik maupun secara faktual.
Dalam upaya pembatasan masalah ini katakanlah kita hanya mengambil tiga faktor penyebab banjir yakni curah hujan, daerah resapan air dan faktor manusia yang menyebabkan banjir. Faktor manusia ini akan kita dekati dari “sikapnya terhadap kelestarian lingkungan.”20 Dengan demikian maka masalah kita dapat dirumuskan sebagai “pengaruh curah hujan, daerah resapan air dan sikap manusia kepada kelestarian lign kungan terhadap banjir.”Perumusan masalah dapat dirumuskan secara umum atau secara lebih terinci tergantung dalam konteks mana pernyataan ini diajukan.Perumusan masalah dalam ringkasan penelitian atau babmengenai kesimpulan penelitian dinyatakan dalam bentuk pernyataan secara umum. Sedangkan perumusan masalah yang dikaitkan dengan pengajuan hipotesis dinyatakan secara lebih terinci.Masalah ini kita rumuskan secara terinci sebab kita bukan hanya bermaksud untuk menemukan persamaan regresi jamak dari semua variabel penilitian namun juga akanmemberikan justifikasi teoritas terhadap setiap variabel yang terliput dalam penelitian. Perumusan seperti ini juga memudahkan kita untuk berpikir secara sistematik bahwa untuk empat buah pertanyaan: dibutuhkan empat buah jawaban sementara yang didukung empat kerangka berpikir, empat perangkat data empirik dan empat kesimpulan penelitian yang merupakan jawaban terhadap pertanyaan penelitian.
20Variabel ini dipilih untuk memadukan penelitian dibidang ilmu-ilmu alam dengan ilmu-ilmu sosial serta memberikan contoh cara penyusunan instrumen penelitian dalam ilmu-ilmu sosial. Sudah tiba waktunya bagi penelitian akademik dibidang ilmu-ilmu alam untuk mengasah kemampuan prediktifnya dan bukan hanya menggantungkan kepada metode observasi secara pasif.
Pembahasan yang panjang lebar ini mengerucut pada satu hal yakni bahwa semua langkah dalam penelitian harus dirancang sejak awal.Pengajuan masalah tidak berdiri sendiri melainkan merupakan preseden yang berpengaruh terhadap keseluruhan langkah dalam kegiatan penelitian.
PENGAJUAN MASALAH
➢ Latar belakang masalah
➢ Identifikasi masalah
➢ Pembatsan masalah
➢ Perumusan masalah
➢ Kegunaan penelitian
|
KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
Penyusunan kerangka berpikir secara deduktif dalam pengajuan hipotesis ini pada hakikatnya adalah sama dengan deduksi hipotesis untuk menguji kebenaran teori baru secara empiris. Teori-teori yang diacu untuk penyusunan kerangka berpikir ini dicantumkan dalam sub-sab deskripsi teoretis.Deskripsi teoretis ini bukan hanya mengemukakkan berbagai teori mengenal variabel kita melainkan juga analisis terhadap teori-teori tersebut ditinjau dari kekurangan dan kelebihan teori masing-masing.Tujuan analisis ini adalah agar kita bisa menyusun proposisi terbaik berdasarkan sintesis dari teori-teori tersebut. Kesimpulan dari kajian deskripsi teorotis ini adalah definisi yang akan kita pergunakan dalam penelitian. Definisi yang kita gunakan dalam penelitian dinamakan konstruk (construct).
Adanya konstruk ini sering dilupakan oleh peneliti sehingga penalaran kita sering tergoncang karena di kaitkan oleh orang lain, umpamanya komisi penguji, dengan teori yang berbeda dengan konstruk kita. Sebaiknya dinyatakan secara tersurat mana dari definisi yang ada merupakan konstruk penelitian kita.Konstruk yang baik yang mengandung indikator-indikator ini umpamanya definisi mengenai sikap kepada lingkungan yang dinyatakan sebagai “respons evaluatif berdasarkan nilai penilaian kognitif, afektif dan konasi (kecenderungan untuk bertindak) terhadap kesadaran pengelolaan lingkungan yang meliputi tata ekologi, jaringan kehidupan,komunitas non-manusia dan komunitas manusia”. Dari kajian teoretis ini kita menyimpulkan empat konstruk yakni mengenai curah hujan (X1). Daerah resapan air (X2).sikap kepada kelestarian lingkungan (X3) dan banjir (y) .Setelah kita berhasil merumuskan konstruk maka kita mulai mengadakan deduksi hipotesis dalam kerangka berpikir.Deduksi hipotesis ini pada intinya merupakan silogisme dengan bentuk sebagai berikut.
(Premis 1) X adalah… (konstruk mengenai X)
(Premis 2) Y adalah… (konstruk mengenai Y)
Kesimpulan : “Jika X maka Y”
Contoh:
(Premis 1)
- Sikap kepada kelestarian lingkugan adalah respons evaluatif berdasarkan penilaian aspek kognitif, afektif dan konasi terhadap pengelolaan lingkungan yang mencakup tata ekologi, jaringan kehidupan, komunitas biotik dan komunitas manusia.
(Premis 2)
- Banjir adalah situasi dimana air yang tersedia melampaui daya tampung sehingga kelebihan air itu menggenangi daerah sekitarnya
(Kesimpulan)
- Semakin positif sikap terhadap kelestarian lingkungan maka semakin kondusif perilaku manusia terhadap kelestarian lingkungan. Perilaku yang kondusif ini akan mencegah berkurangnya daya tampung air seperti sistem drainase yang mendangkal karena sampah serta memelihara daerah resapan air. Oleh sebab itu maka di duga bahwa semakin positif sikap terhadap kelestarian lingkungan maka semakin kecil potensi banjir untuk terjadi.
Tentu saja kerangka berpikir mengenai pengaruh sikap kepada kelestarian lingkungan bisa lebih artikulatif dari sekedar silogismus di atas.Kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis ini dapat di jadikan sub-bab tersendiri yang meliputi empat topik yakni kerangkaberfikir mengenai (1) pengaruh curah hujan terhadap banjir; (2) pengaruh daerah resapan air terhadap banjir ; (3) pengaruh sikap kepada kelestarian lingkungan terhadap banjir dan (4) pengaruh curah hujan, daerah resapan air dan sikap kepada kelestarian lingkungan secar bersama-sama terhadap banjir.
Keempat hipotesis yang ditarik dari keempat kerangka berfikir tadi dapat dikelompokkan dalam sub-bab tersendiri yang berjudul pengajuan hipotesis yakni:
- Terdapat hubungan positif antara tinggi curah hujan dengan intensitas banjir. Artinya, semakin tinggi curah hujan maka semakin besar intensitas banjir.
- Terdapat hubungan positif antara daerah resapan air dengan intensitas banjir. Artinya, semakin besar berkurangnya daerah resapan air maka semakib besar intensitas banjir.
- Terdapat hubunga negatif antara sikap kepada kelestarian lingkungan dengan intensitas banjir. Artinya, semakin positif sikap terhadap kelestarian lingkungan maka semakin kecil intensitas banjir.
- Terdapat hubungan antara curah hujan.daerah resapan air dan sikap kepada kelestarian lingkungan secara bersama-sama dengan intensitas banjir.
Kalau kita perhatikan hipotesis yang di simpulkan dalam kerangka berpikir bersifat definitif seperti “hubungan positif” dan bukan merupakan hipotes terbuka atau netral yang sering kita temui dalampenelitian konvesional yakni “ada hubungan”. Hipotesis definitif mempunyai beberapa kelebihan,pertama,lebih akurat diksi sebab pernyataan “ada hubungan” bisa berarti hubungan negatif atau positif; kedua,lebih mencerminkan deduksi hipotesis dalam metode ilmiah yang memprediksikan secara definitif gejala empiris yang dapat diamati; ketiga, lebih menggambarkan situasinya dalam kehidupan sehari-hari dalam pengambilan keputusan; dan,keempat,membiasakan diri dalam melatih cara berpikir yang bersifat konsepsional, nalar dan antisipatif.
Banyak kalangan yang berpendapat bahwa cara berpikir konsepsional, nalar dan antisipatif ini akan terbentuk dengan sendirinya setelah lulus dari perguruan tinggi. Artinya, tak usah ada latihan khusus sebab ketiga karakteristik berpikir tersebut sudah menyatu (built in) dalam entitas keilmuan. Dalam penalaran itu pun mereka lebih banyak mempergunakan akal sehat ketimbang konsepsi keilmuan yang dikuasai.Demikian juga pemikiran mereka biasaya bersifat reaktif sesudah sesuatu terjadi dan bukan secara proaktif dalam mengantisipasi sebelum sesuatu terjadi.Gejala “berpikir expost facto” tercermin dalam berbagai keputusan yang menyangkut hajat orang banyak.Epimologi pemecahan masalah mensyaratkan diajukannya hipotesis yang di dukung argumentasi keilmuan secara nalar.Kelebihan lainnya dari adanya kerangka berpikir ini ialah bahwa deduksi hipotesis yang terangkum di dalamnya sudah merupakan konteks justifikasi bagi penemuan peneletian kita sekiranya hipotesis yang di ajukan di dukung oleh data.Setelah hipotesis berhasil diuji kita tidak perlu memberikan justifikasi lagi dan secara langsung dapat menyimpulkannya. Dalam penelitian dengan justifikasi di lakukan,terdapat kemungkinan, pertama, kita lupa memberikan justifikasi teoretis; kedua, justifikasi kadang terlihat seperti di paksakan untuk mendukung kesimpulan data dan, ketiga, justifikasinnya tidak ada dan bukan di sebabkan lupa melainkan karena tidak tahu.
KERANGKA BERFIKIR DAN PENGUJIAN HIPOTERIS
➢ Deskripsi teoritis
➢ Kerangka berfikir
➢ Pengujian hipotesis
|
METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian merupakan kumpulan metode yang dipergunakan dalam proses pengumpulan dan pengolahan data. Metode-metode yang di pergunakan ini tergantung dari apa yang ingin di capai oleh tujuan penelitian. Tujuan penelitian harus mencakup variabel-variabel yang di telah dalam penelitian serta bentuk hubungan antarvariabel in dapat di bedakan antara tujuan membedakan dan menghubungkan.
Berdasarkan tujuan penelitian ini kita menentukan metode penelitian ini kita mentukan metode penelitian.Metode penelitian yang di pergunakan sesuai dengan tujuan penelitian kita.Metode eksperimen adalah metode yang sering di pakai untuk tujuan membedakan sedangkan survei sering di pakai untuk menentukan hubungan antarvariabel yang jumlahnya terbatas dalam suatu wilayah tertentu.
Tujuan peneliti turun ke lapangan adalah untuk mengumpulkan data. Data curah hujan atau daerah resapan air, umpamanya, mungkin dapat diperoleh pada lembaga tertentu. Dalam hal ini kita harus melakukan dua hal, pertama, menyusun instrumen penelitian untuk mengukur variabel tersebut dan kedua, menentukan cara untuk memilih manusia yang akan di jadikan responden atau manusia yang akan diukur oleh instrumen tersebut. Penyusun instrumen itu sendiri termasuk dalam metode penyusunan instrumen sedangkan pemilihan responden termasuk dalam metode pengambilan contoh.
Cara-cara peyusunan instrumen dapat di pelajari secara lengkap dalam buku metodologi penelitian atau buku yang secara khusus membahas mengenai hal itu.Sunan insturmen itu baru dapat di lakukan kita gunakan dalam pengajuan masalah dan kajian teoretis.Konsep yang dipergunakan dalam penyusunan instrument adalah definisi ooperasiona.Konsep yang dipergunakan sebagai definisi konseptual dinamakan konstruk.Dalam bab terdahulu kita telah mendefinisikan konstruk kita mengenal sikap kepada kelestarian lingkungan sebagai “respons evaluatif berdasarkan penliaian kognitif, afektif dan konasi terhadap pengelolaan kelestarian lingkungan yang mencakup tata ekologi, jaringan kehidupan,komunitas non-manusia dan komunitas manusia”.
Metode selanjutnya adalah metode pengambilan contoh.Pada prinsipnya semua pengambilan contoh untuk generalisasi memakai teknik statisik harus mempergunakan teknik acak(random).Teknik yang paling sederhana adalah teknik acak sederhana(simple random sampling technique). Teknik yang sangat berguna dalam penelitian ilmu-ilmu sosial adalah (cluster random sampling)
Terakhir sekali adalah metode analisis data. Untuk analisi secara kuantitatif dengan mempergunakan statistika maka cukup di sebutkan teknik analisis statistika yang akan di pergunakan. Untuk analisis secara kuantitatif di perlukan secara terinci langkah-langkah yang akan ditempuh untuk sampai kepada kesimpulan akhir berupa kesimpulan penelitian.
METODOLOGI PENELITIAN
➢ Tujuan penelitian
➢ Tempat/waktu penelitian
➢ Metode penelitian
➢ Metode pemyusunan instrumen
➢ Metode pengambilan contoh
➢ Metode analisis data
|
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian kita pada dasarnya adalah data yang telah berhasil kita kumpulkan dan kita olah. Terdapat empat jenis kelompok data yakni data dalam kuesioner, data dalam bentuk tabel, data deskriptif, dan data kesimpulan pengajian hipotesis.Bab mengenai hasil penelitian terdiri dari tiga bagian yakni deskripsi data, pengujian persyaratan analisis dan pengujian hipotesis.Dalam deskripsi data kita laporkan data tiap-tiap variabel yang telah kita olah mempergunakan teknik statistika deskriptif.Data deskriptif harus di jelaskan sebab keberadaan data tersebut harus merupakan informasi yang berguna dan bukan sekedar data statistik. Pengujian persyaratan analisis ini di lakukan sebagai prasyarat untuk mempergunakan teknik analisis statistika tertentu.Contoh teknik analisis statistika yang biasa kita pergunakan di dasarkan pada asumsi bahwa data terdistrubusi secara normal.Dalam penelitian asumsi ini harus kita uji dulu dengan mempergunakan data yang telah kita peroleh. Jika ternyata bahwa distribusinya tidak normal maka kita harus mempergunakan teknik analisis statistika yang lain yakni statistika nonparametik. Beberapa teknik analisis statistika inferensial membutuhkan asumsi yang lain mengenai homogenitas data. Metode eksperimen membutuhkan asumsi homoscedasticity yang merupakan bentuk lain dari homogenitas data.
Pengujian hipotesis melaporkan apakah hipotesis penelitia yang kita ajukan diterima atau di tolak data. Seperti juga degan laporan deskripsi data semua caradan perhitungan dalam pengujian hipotesis ini di taruh dalam lampiran yang letaknya dirujuk melalui catatan kaki. Dengan demikian laporan hasil peneltian kita akan tampak rapih namun didukung oleh perhitungan yang lengkap yang ditaruh dalam lampiran.
Hal kedua yang harus di lakukan dalam laporan pengujian hipotesis adalah menafsirkan penemuan-penemuan empirik setelah diterima sebagai proposisi ilmiah.Dalam hal ini kita menerjemahkan persamaan matematik dalam bentuk numerik menjadi pernyataan verbal.Sekiranya hipotesis kita ditolak maka kita harus melakukan evaluasi kritis terhadap semua kegiatan penelitian kita terutama melakukan evaluasi kepada metodologi penelitian kita dan kerangka berpikir dalam pengajuan hipotesis. Evaluasi pertama kita lakukan terhadap metodologi penelitian dan bila kita tidak menemukan sesuatu yang salah dapat kita lanjutkan dengan mengevaluasi kerangka berpikir kita
HASIL PENELITIAN
➢ Deskripsi data
➢ Pengujian persyaratan analisis
➢ Pengujian hipotesis
➢ Keterbatasan penelitian
|
KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
Bab ini lebih merupakan sintesis dari apa yang telah di laporkan dalam hasil penelitian yang akan merupakan landasan bagi pengembangan implikasi dan saran penelitian. Bab terakhir ini sebenarnya merupakan bagian yang terpenting dari suatu penelitian pemecahan masalah sebab di sinilah akan di uraikan secara mendalam bagaimana masalah yang telah di kemukakan akan di pecahkan. Pemecahan masalah ini bukanlah sekedar beberapa pernyataan verbal tetapi sebuah rencana aksi (action plan) yang lengkap dan operasional yang di sangga oleh tesis yang telah teruji kebenarannya.
Menimba arti dari data, meminjam perkataan Van Dalen “merupakan tahap paling sukar dan paling menyenangkan dari sebuah penelitian”. Bagi peneliti yang kurang mempunyai gagasan bagaimana pemecahan masalah dilakukan maka pengembangan rencana aksi akan terasa sangat sukar di kerjakan. Sebaliknya bagi mereka yang mempunyai bermacam gagasan untuk dikembangkan maka tahap ini akan terasa sangat menyenangkan. Mereka dengan bebas, tanpa hambatan dan batasan teoretis, bisa mengembangkan gagasan gagasan baru berdasarkan penalaran. Mereka bergerak dalam dunia hipotesis yang luas yang hanya di batasi oleh panalaran dan demarkasi keilmuan.
Dalam pengembangan tesis pemecahan masalah ini anda boleh mengemukakan apa saja, meskipun tidak ada teori ilmiah yang mendukungnya, asalkan dapat di pertanggung jawabkan secara nalar dan akademik. Anda bisa menjadi filsuf sekaligus ilmuwan. Jadi beda antara penelitian murni dan penelitian terapan di tentukan oleh output nya. Penelitian murni menghasilkan konsep ilmiah atau teori ilmiah baru yang teruji sedangkan penelitian terapan menghasilkan cara pemecahan masalah baru berdasarkan konsep dan teori ilmiah yang telah ada.
Penulis ingin menutup pembahasan mengenai penelitian ini dengan pesan kepada peneliti peneliti muda agar jangan pernah menganggap penelitian sebagai beban melainkan sebagai petualangan idea (adventures of ideas).Terakhir sekali kepada peneliti muda di sampaikan bahwa penemuan kebenaran dalam bidang apa saja, termasuk kebenaran dalam bidang keilmuan, asalkan dilakukan dengan kesungguhan dan kelapangan hati akan memberikan kepuasan bathin. Kesimpulan apapun harus berdasarkan penalaran dan pertimbangan anda pribadi.kita harus mau dan siap untuk menemukan kebenaran, kelapangan dada untuk kritik dan saran Yng membangun,serta belajar hal-hal baru dari siapa pun juga.
KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
➢ Kesimpulan Penelitian
➢ Implikasi Penelitian
➢ Saran Penelitian
|
26
Teknik Penulisan Ilmiah
Teknik penulisan ilmiah mempunyai dua aspek yakni gaya penulisan dalam membuat pernyataan ilmiah serta teknik notasi dalam menyebutkan sumber dari pengetahuan ilmiah yang dipergunakan dalam penulisan. Komunikasi ilmiah harus bersifat jelas dan tepat yang memungkinkan proses penyampaian pesan yang bersifat reproduktif dan impersonal. Bahasa yang dipergunakan harus jelas dimana pesan mengenai obyek yang ingin dikomunikasikan harus mengandung informasi yang disampaikan sedemikian rupa sehingga si penerima betul-betul mengerti akan isi pesan yang disampaikan kepadanya.
Penulis ilmiah harus menggunakan bahasa yang baik dan benar. Sebuah kalimat yang tidak bisa di definisikan mana yang merupakan subyek dan mana yang merupakan predikat serta hubungan apa yang terkait antara subyek dan predikat kemungkinan besar merupakan informasi yang tidak jelas. Tata bahasa merupakan ekspresi dari logika berpikir, tata bahasa yang tidak cermat merupakan pencerminan dari logika berpikir yang tidak cermat pula. Demikian juga penggunaan kata harus dilakukan secara tepat artinya kita harus memilih kata-kata yang sesuai dengan pesan apa yang ingin kita sampaikan. Pengetahuan ilmiah penuh dengan terminologi yang kadang-kadang penafsirannya berbeda antara seorang ilmuwan dengan ilmuwan yang lain.
Kadang-kadang bahkan terminologi yang kelihatannya seakan-akan sudah jelas dan gamblang juga membutuhkan penjelasan seperti “manajemen”, “efektivitas” dan “efisiensi”. Penjelasan ini di perlukan sebab terdapat pengertian yang banyak sekali mengenai apa yang di maksud dengan kata-kata itu. Kata manajemen umpama nya bisa ditafsirkan macam-macam dari manajemen dalam pengertian yang luas sampai manajemen dalam pengertian yang sempit. Maka pada tahap ini penjelesan terminologi “manajemen” tersebut cukup terbatas apa yang diartikan dengan “manajemen” itu saja. Tidak perlu kita pada tahap ini berbicara panjang lebar mengenai berbagai hal tentang manajemen.
Sekiranya penjelasan mengenai ini diberikan pada pembahasan mengenai masalah maka komunikasi kita akan mengalami dua kerugian. Pertama dengan terlalu banyaknya materi pembahasan maka informasi yang berlebihan ini akan menimbulkan polusi, yang untuk selanjutnya, akan menyebabkan prespektif mengenai masalah yang sedang dibahas itu sendiri menjadi tidak jelas. Kedua terpisahnya sumber informasi pada saat informasi itu diperlukan yang menyebabkan melemahnya argumentasi yang sedang di susun. Kadang-kadang sumber informasi ini terpisah sedemikian rupa di mana informasi yang diperlukan berada di tempat lain. Tentu saja komunikasi seperti ini hanya jelas bagi penulis nya tetapi tidak jelas bagi pembaca yang lain. Padahal komunikasi ilmiah di maksudkan untuk konsumsi pihak lain tidak untuk di baca sendiri seperti sebuah buku harian.
Komunikasi ilmiah harus bersifat reproduktif, artinya bahwa si penerima pesan mendapatkan kopi yang benar-benar sama dengan prototipe yang disampaikan si pemberi pesan, seperti fotokopi atau sebuah afdruk foto. Dalam komunikasi ilmiah tidak boleh terdapat penafsiran yang lain selain isi yang dikandung oleh pesan tersebut. Komunikasi ilmiah harus bersifat impersonal, dimana berbeda dengan tokoh dalam sebuah novel yang bisa berupa “aku”, “dia”, atau “Doktor Faust”, merupakan figur yang muncul secara dominan dalam seluruh cerita, maka figur seperti itu harus hilang dalam pernyataan ilmiah. Kata ganti perorangan menjadi hilang dan ditempati oleh kata ganti universal yakni “ilmuwan” yang tidak di nyatakan secara tersurat.
Pembahasan secara ilmiah mengharuskan kita berpaling kepada pengetahuan ilmiah sebagai premis dalam argumentasi kita. Pengetahuan ilmiah tersebut kita pergunakan untuk bermacam-macam tujuan sesuai dengan bentuk argumentasi yang di ajukan. Pernyataan ilmiah yang kita pergunakan dalam tulisan harus mencakup beberapa hal. Pertama harus dapat kiya indentifikasikan orang yang membuat pernyataan tersebut. Kedua harus dapat kita identifikasikan media komunikasi ilmiah di mana pernyataan itu disampaikan apakah itu makalah,buku,seminar,lokakarya dan sebagainya. Ketiga harus dapat kita identifikasikan lembaga yang menerbitkan publikasi ilmiah tersebut beserta tempat berdomisili dan waktu penerbitan itu dilakukan.
Cara kita mencantumkan ketiga hal tersebut dalam tulisan ilmiah kita di sebut teknik notasi ilmiah. Pada pokoknya seorang ilmuwan boleh memilih salah satu dari teknik notasi ilmiah sekaligus sebab hal ini cuma akan menimbulkan kebingungan.
Buku ini memperlihatkan contoh tekhnik notasi ilmiah yang mempergunakan catatan kaki (footnote). Sebelum kita melakukan pilihan terhadap salah satu dari tekhnik ilmiah yang ada sebaliknya kita mengetahui dasar-dasar pemikiran yang melandasi tekhnik tersebut. Hal ini penting kita ketahui agar dengan demikian kita dapat memilih tekhnik notasi yang tepat dan tentu saja juga dengan selera si penulis ilmiah. Dalam tekhnik notasi ilmiah dengan mempergunakan catatan kaki, umpamanya, terdapat dua variasi. Variasi yang pertama ialah bahwa catatan kaki itu ditaruh dalam halaman yang sama(footnote) sedangkan dalam variasi kedua catatan kaki itu seluruhnya dikelompokkan dan ditaruh pada akhir sebuah bab (endnote).
Fungsi pertama dari catatan kaki adalah sebagai sumber informasi dari pernyataan ilmiah yang dipakai dalam tulisan kita. Informasi tersebut mencakup nama pengarang, judul tulisan dan media yang memuat karangan tersebut. Namun sebenarnya terdapat fungsi kedua dari catatan kaki yakni sebagai tempat bagi catatan-catatan kecil, yang sekira nya di letakkan dalam tubuh utama laporan akan mengganggu kelancaran penulisan. Catatan semacam ini dapat pula diletakan dalam catatan kaki,namun sekitarnya catatan kaki yang mengandung keterangan yang bersifat memperkaya ini ditaruh dihalaman belakang,kemungkinan besar keterangan tambahan ini tidak akan terbaca. Dengan demikian bila tujuan catatan kaki itu juga dimaksudkan untuk memberikan catatan kaki tambahan. Pada hakikatnya seorang ilmuan harus mampu menyatakan pendapat orang lain dala bahasanya sendiri yang mencirikan kepribadiannya .banyak kelihatannya tidak mencerminkan kepribadian si penulisnya melainkan sekear koleksi pendapat orang lain. Apalagi jika kutipan-kutipan tersebuttidak disusun menjadi satu kerangka pemikiran yang utuh dan menyakinkan.
Kutipan langsung kadang-kadang memang diperlukan dengan tujuan untuk mempertahankan keaslian pernyataan itu.Seseorang memungkin membuat pernyataan yang sangat otentik yang bisa disalin ke dalam bentuk pernyataan yang lain akan kehilangan keotentikannya.Kutipan langsung jumlahnya kurang dari empat baris ditaruh dalam tubuhtulisan dengan mempergunakan tanda kutip. Untuk kutipan langsung yang terdiri dari empat baris kalimat atau lebih maka keseluruhan kutipan tersebut dalam tempat tersendiri.
Dalam melaporkan hasil analisis statika maka harus dihindarkan pernyataan-pernyataan numerik yang sebenarnya dalam dikemas dalam bentuk tabel.Artinya tabel analisis statistika yang baik memuat semua keterangan dari faktor yang ada dalam tabel tersebut termasuk hasil akhir analisis.Dengan cara seperti ini maka pernyataan verbal dalam karangan kita hanya memuat proposisi dan bukan data mentah yang masih harus di olah. Karya ilmiah juga bisa mempunyai keindahan estetik dengan disertai tabel-tabel yang canggih dan “menjelaskan dirinya sendiri” serta grafik dan tampilan grafis lainnya yang memperkaya pembahasan dan bukan malah sebaliknya, membuat karangan menjadi semrawut dan acak-acakan. Perhitungan statistika yang lengkap boleh saja marupakan bagian dari laporan penelitian asalkan ditaruh dalam lampiran. Printout komputer tidak usah seluruhnya masuk lampiran kecuali bagian yang dianggap penting. Pengolahan lewat komputer ini sebaliknya di jadikan tabel seperti analisis statistika lainnya.
Laporan penelitian biasanya mempunyai ringkasan yang di tulis dalam bahasa inggris. Dalam hal ini kita sebaiknya memperhatikan dua hal yakni, pertama bahasa tersebut mempunyai tata bahasa khusus untuk komunikasi ilmiah yang di sebut sebagai scientific grammar. Kedua bahasa inggris mempunyai sinonim kata-kata yang kaya dan indah.
28
Teknik Notasi Ilmiah
Dalam bagian ini akan dicoba untuk menguraikan hal-hal yang bersifat pokok dari salah satu teknik notasi ilmiah yang mempergunakan catatan kaki. Tidak semua aspek dari teknik notasi ilmiah tersebut akan dibahas di sini melainkan bagian-bagian yang penting saja. Diharapkan dengan menguasai aspek-aspek yang bersifat esensial maka seseorang akanmampu mengkomunikasikan gagasannya secara ilmiah, atau paling tidak mamu memahami sebuah karya ilmiah.
Tanda catatan kaki diletakkan di ujung kalimat yang kita kutip dengan mempergunakan angka arab yang naik diketik setengah spasi. Atau bisa juga kita mempergunakan lambang tertentu dengan catatan bahwa lambang yang sama dapat diulangi dalam halaman yang berbeda, namun lambang yang berbeda harus dipergunakan untuk tiap catatan kaki dalam halaman yang sama. Catatan kaki dengan mempergunakan angka diberi nomor mulai dari angka satu sampai habis catatan kaki dalams satu bab. Untuk bab baru catatan kaki dimulai lagi dengan angka 1 dan seterusnya.
Satu kalimat mungkin terdiri dari beberapa catatan kaki sekiranya kaliat tersebut trdiri dari beberapa kutipan. Dalam keadaan seperti ini maka catatan kaki diletakkan di akhir kalimat yang dikutip sebelum tanda baca penutup. Sedangkan satu kalimat yang seluruhnya terdiri dari satu kutipan, tanda catatan kaki diletakkan sesudah tanda baca penutup.
29
Action Research:
Jembatan antara Penelitian dengan Pengabdian
Action research dalam pelaksanaannya mempuyai berbagai bentuk : ada The action not the research, the research not the action dan the research and the action. Dalam bentuk yang pertama maka yang menonjol adalah kegiatan (action) dan bukan penelitiannya ( research ). Dalam bentuk kedua ini peranan peneliti terlalu dominan dan peranan klien terlalu pasif untuk dapat di kategorikan sebagai action research.Bentuk keitga adalah sintesis dari kedua bentuk terdahulu yakni konsep keilmuan yang jelas, metodologi penelitian yang baku, serta peranan yang seibang ntara peneliti dan klien dalam melakukan action research. Bentuk inilah yang saya anggap cocok untuk peneitian akademik dalam bentuk skripsi, tesis atau disertasi. Untuk itu maka pelaksanaannya akandirinci lebih jauh dibawah ini.
Karakteristik action research
Action research, berbeda dengan penelitian-penelitian tersebut, hanya mempunyai kesahihan di tempat lokasi dimana penelitian dilakukan. Action research memang tidak ditujukan untuk menemukan pengetahuan ilmiah yang bersifat universal, melainkan mencari pemecahan praktis terhadap permasalahan yang bersifat lokal.
Kegunaan Action research
Bobot keilmuan Action research kadang dipertanyakan namun seperti telah kita sebutkan terdahulu memang terdapat tiga bentuk action research dan dua bentuk pertama secara keilmuan memang meragukan. Walaupun kita menggunakan bentuk ketiga, yang pada hakikatnya mencoba menerapkan konsep keilmuan dan langkah penelitian ilmiah sebaik-baiknya, namun kita tetap harus meletakkan semua itu pada setting dan tujuan yang ingin dicapai oleh action research.
Setting Action research ialah sebuah komunitas yang diintervensi dengan tujuan untuk memecahkan permasalahan yang dihadapi dengan melibatkan anggota komunitas tersebut.Artinya, yang memecahkan masalah itu secara konkret adalah anggota komunitas itu sendiri, dan peneliti berperan sebagai change agent dan konsultan. Jadi pada hakikatnya bobot keilmuan dan tingkat keberhasilan action research tergantung dari interaksi secara dinamis antara peneliti dengan klien.
Menjembatani kesenjangan
Pemecahan masalah secara bersama-sama antara peneliti dan pengguna hasil penelitian juga memberika dampak positif lainnya, manfaat pertama adalah menghilangkan hambatan psikologis terhadap suatu upaya pembaharuan.
Jika upaya pembaharuan itu mempergunakan suatu konsep baru, maka action research juga memulai kegiatannya dengan memperkenalkan hakikat dan kegunaan konsep tersebut.
Action research menerapkan konsep peneliian ilmiah terhadap pemecahan masalah. Penelitian ilmiah tidak dilakukan hanya oleh penliti, sebagaimana diakukan dalam peneltian akademi lainnya, tetapi melibatkan juga semua pihak yang terlibat.Untuk itu maka penelitian yang diharpakan hanya mempergunakan konsep-konsep yang sederhana.
Kajian Teoretis
Pengkajian ini sebaiknya dilakukan bersama-sama klien penelitian sehingga mereka mendapatkan pengetahuan baru, serta bagaimana cara mempergunakan pengetahuan tersebut, untuk memecahkan permasalahan secara ilmiah.
Sebab pengkajian teoretis telah dilakukan sebelum penelitian maka langkah selanjutnya dalam tipe keua adalah memebrikan pengetahuan tentang konsep yang akan diterapkan kepada klien yang bersangkutan. Hal ini dapat dilakukan lewat kegiatan penataran atau kegiatan pendidikan lainnya. Satu hal yang patut mendapatkan perhatian dalam hal ini, adalah memberikan pengertian yang cukup kepada pemimpin lembaga dimana konsep ini akan diterapkan.
Langkah-langkah dalam Action Research
Langkah pertama adalah merumuskan masalah yang akandipecahkan lewat kegiatan action research. Perumusan masalah mesti dilakukan secara terinci dan jelas yang mencangkup variable yang akan diintervensi serta pengukuran keberhasilan intervenci tersebut.
Langkah kedua adalah melakukan pengkajian teoretis mengenai teknologis yang akan diterapakan. Pengkajian teoretis yang pada dasarnya merupakan upaya untuk mengetahui hakikat mengenai teknologi yang akanditerapkan. Dalam action research pengkajin teoretis mempunya dua kegunaan. Pertama, sebagai dasar bai penyusunan materi penataran bagi personil yang akan terlibat dalam action research dan kedua, sebagai dasar bagi penyusunan kerangka berfikir dalam pengajuan hipoteis.
Action Research dan Pengembangan Konsep
Dalam hal ini maka action research dapat berperan untuk melakukan verifikasi dan sekaligus melakukan modifikasi terhadap konsep-konsep termaksud meskipun dalam skala-skala yang kecil. Pemikiran-pemikiran baru mungkin timbul dari penelitian yang berskala kecil ini dan generalisasi yang lebih luas dapat kita lakukan kemudian.Mengingat potensi action research ini maka disarankan agar penelitian seperti ini bisa sering dilakukan.
Jembatan Pengabdian Masyarakat
Action research, dalam konteks tersebut diatas, dapat merupakan jembatan antara penelitian dengan pengabdian pada masyarakat, yang merupakan pengejawantahan dari tridharma perguruan tinggi. Hasil penelitian yang mempunyai kegunaan aplikatif dapat diterapkan dalam memecahkan permasalahan dengan menggunakan action research.
Pengetahuan teroretis yang bersifat universal yang dilengkapi dengan seperangkat postulat dan asumsi tertentu mengenai realitas yang dihadapi belum tentu cocok dengan situasi sosial budaya kita. Demikian juga kondisi realitas yang dihadapi mungkin beredar dengan asumsi yang dipergunakan dalam teori yang konvensional. Penerapan konsepsi keilmuan yang univesa dalam kondisi sosial budaya kita secara membumi (grounded) memungkinkan kita untuk menyempurnakan teori tersebut agar lebih fungsional dalam kehidupan. Action research akan sangat berguna untuk menyempurnakan penerapan konsep yang disesuaikan dengan tingkat kemajuan manajemen dan sumber daya manusia.
31
Systems Thinking:
Kerangka Ilmu untuk Pendekatan Multidisipliner
Salah satu kelemahan dalam cara berpikir ilmiah terletak padacara pandang (objek forma) yang melihat objek pemikiran kita(objek materia) merupakan fakta yang terisolasi dan fakta-fakta lain di sekitarnya. Kegiatan penelitian mengharuskan kita untuk membatasi masalah agar proses pemecahannya dapat dilakukansecara lebih terkontrol dan seksama. Cara pandang keilmuan ini cenderung membentuk cara berpikir yang terbatas dan bersifat konvergen dalam pengambilan kesimpulan. Ilmu merupakan pengetahuan yang makin lama makin terspesilisasikan dengan pengembangan disiplin keilmuan yang makin sempit dalam wilayah penelaahannyat.Situasi ¡ni membentuk sindrom yang disebut sebagai deformasi profesinales. Yakni deformasi bentuk disebabkan cara pandang profesi yang sempit. Deformasi bentuk ini bila dikaitkan dengan objek permasalahan menimbulkan deformasi dalam pengambilan keputusan dan salah satunya adalah keputusan yang bersifat sektoral. Keputusan yangbersifat sektoral ini disebabkan oleh cara berpikir secara sektoral pula. Kebenaran dalam pengambilan keputusan menjadi bersifat solipsistik yakni benar bila dilihat dan carapandang tertentu.
Dewasa ini kita sering rnehhat analisis kebijakan (policyai&5ig sifatnya sangat ilmiah namun sangat sempitpandanganya Kita umpamanya mendengar wacana bahwauntuk menghemat anggaran maka sistem pensiun pegawai negeriakan diubah menjadi sistem pembayaran sekaligus. Banyak lagi wacana analisis kebijakan yang diambil para pengambil keputusan, meminjam pernyataan Presiden John F. Kennedy, adalah “smart but not wise”(cerdas namun tidak bijak). Perkataan ini disampaikan sangpresiden menanggapì saran Menhan Robert McNamara untukmenutup pelabuhan Boston karena alasan ekonomi.
Bagi perencana kota (city planner) reklamasi pantai yangmenimbulkan banjir pada masyarakat miskin di sekitarnyamerupakan persoalan teknis yang tidak dapat díhindari. Iniadalah akibat dan cara berpikir ilmiah yang bersifat atomistis yang memandang fakta yang satu terisolasi dan fakta-fakta yang lain. Berpikir sistem (systems thinking) memberikan “kerangka pikir” yang dapat diisi oleh berbagai disiplin keilmuan dalam pendekatan multi displiner.
Perbedaan Filosofis antara
Berpikir Ilmiah dengan Berpikir Sistem
Bila keduä cara berpikir itu dibandingkan maka segera terlihatperbedaan filosofis antara berpikir ilmiah dan berpikir sstem.unsur realitas dalam berpikir ilmiah adalah fakta sedangkan unsur realitas dalam berpikir sistem adalah sistem. Sistemdiartikan sebagai kumpulan fakta yang terikat satu denganyang lain secara fungsional. Berpikir ilmiah bersifat atomistiksedangkan berpikir sistem berpikir holistic atau sistematik.Baik berpikir ilmiah maupun berpikir sistem, kedua-duanya mempergunakan metode logico-hypothetic-verifikatif dalam menemukan konsep keilmuan yang dapat mendeskripsikan, menjelaskan, memprediksikan dan mengontrol gejala alam.
Salah satu cara pikir dalam memandang sistem adalah logika sistem terbuka (the logic of open system). Kegiatan berpikir sistem didasarkan pada asumsi bahwa realitas adalah suatu sistem terbuka di mana terdapat input yang diimpor dan sistem lain dan output yang diekspor ke sistem lain pula. Perubahan input menjadi ouput ini merupakan proses yang bersifat produktif yang memerlukan sumber daya ekonomi yakni man, money, material and method. Benda ekonomi 4-M ini disebut instrumental input. Dalam sistem pendidikan, umpamanya, factor man adalah guru, faktor money adalah biaya pendidikan, factor material adalah prasarana dan sarana pendidikan sedangkan faktor method adalah kurikulum.
Pengembangan berpikir system
Berfikir konsep sistem, atau berfikir sistem (sistematik) secara historis mempunyai sejarah yang tua sekali, yang menurutVan Court Hare, sudah dimulai dengan pembangunan piramida Cheops dalam zaman Mesir Kuno yang mempergunakan system pengukuran dalam konstruksinya, penelaahan para ahli astronomi Phunicia dalam menyusun sistem bintang-bintang di langit, dan Plato bahkan telah berfilsafat tentang sistem kemasyarakatan dengan ahli filsafat yang memegang tampuk pucuk pimpinan. Demikian juga Hegel, lbnu Khaldun dan Goethe telah mempergunakan konsep sistem dalam bidangnya masing-masing.
Dewasa ini berpikir sistem tidak saja dianggap sebagai suatu“teknik berpikir” melainkan suatu paradigma berpikir kontemporer, yang mempunyai landasan kefilsafatan yang bersifat mandiri. Paradigma merupakan konsep dasar yang dianut dan diamaikan oleh suatu komunitas tertentu dalam periode tertentu pula. Paradigma yang dianut oleh pemikir-pernikir sistem adalah konsep tentang sistem. Berdasarkan konsep ini maka dikembangkan cara berpikir sistem. Konsep ini merupakan cara yang berbeda dengan cara non-sistem umpamanya dengan cara berpikir secara atomistik yang dilakukan dalam berpikir ilmiah.
Perang dunia II mengembangkan penerapan konsep sistem yang disebut Operasi Riset( Operations Research). Operasi riset pada hakekatnya merupakan penerapan metode ilmiah dalam pengelolaan sumber-sumber ekonomis seefesien mungkin dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Herbert A. Simon, umpamanya, menyatakan bahwa Charles Babage dan Frederick Taylor seharusnya menjadi anggota anumerta dan masyarakat Operasi Riset. Walaupundemikian Operasi Riset mempunyai ciri yang khas yakni mempergunakan konsep sistem dalam tpemecahan masalahnya. Operasi Riset dipandang sebagai sebuah teknik yang memungkinkan pihak Sekutu memenangkan beberapa per-tempuran besardalam Perang Dunia Il seperti the Battle of Britain, the Battle ofNorth Atlantic dan pertempuran-pertempuran lainnya di Pasifik. Kemenangan-kemenangan ini menyebabkan tertariknya masyarakat ilmiah kepada konsep sistem dan sesudah Perang Dunia liselesai maka berkembanglah penerapan konsep sistem kepadaberbagai bidang.
Operasi Riset secara historis merupakan penemuan yang telahmemulai kegiatannya sekitar tahun 1939. Tujuan operasi Riset adalah mencari pemecahan optimali suatu hal yang tidak mungkin dilakukan dalam bidang-bidang tersebut di atas.Oleh sebab itu maka dikembangkan Sistem Analisis yang harus cukup puas dengan alternatif pemecahan yang terbaik meskipun tidak optimal. Operasi riset menganggap bahwa variabel-variabel adalah berlanjut (continous) sedangkan Sistem Analisis adalah terputus (discreet). Operasi Riset menganggap bahwa kombinasi danvariabel-variabel adalah tak terbatas dan tujuannya adalahmencari kombinasi yang optimal. Di pihak lain, Sistem Analisis menganggap bahwa kombinasi-kombinasi tersebut adalah terbatas, dan tujuan Sistem Analisis adalah mencari kombinasi yangterbaik dan alternatif-alterrnatif yang terbatas tersebut.
Karena fungsinya yang berbeda maka Operasi Riset dan Sistem Analisis mepergunakan teknik-teknik yang berbeda pula. OperasiRiset umpamanya, mempergunakan teknik programming, queueing, gaming, Monte Carlo dan sebagainy.Sedangkan SistemAnalisis mempergunakan cost-benefit dan cost-effectiveness technique. PBBS, atau Plannig-Prograrnming BudgetingSystem, sebenarnya sudah dikenal sejak tahun 1942 ketikaAmerika Serikat melancarkan Controlled Materials Plan dalam Perang Dunia kedua. Walaupun begitu konsep PPBS baru dapat disempurnakan setelah pengembangar Sistem Analisis.
Catatan Akhir
Demikianlah secara singkat telah kita paparkan landasan filosofis berpikir sistem dan sedikit sejarah perkembangannya.Tubuh pengetahuan berfikir sistem ini dicoba dipetakan dalam sebuah bagan 31-3: A Typology of Systems Thinking yangdisertakan. Semouga pembahasan singkat ini membuka wawasan baru bahwa terdapat cara berfikir lain di samping cara berfikir ilmiah yang dapat kita manfaatkan secara bersama-sama dalam pemecahan berbagai masalah dalam kehidupan. Berfikir sistem dapat dianggap sebagai skeleton of science (kerangka ilmu) yang memfasilitasi pendekatan multidisipliner dalam pemecahan masalah secara menyeluruh dengan menghilangkan kepicikan ego sektoral.

